Jakarta (pilar.id) – Film The Scorpion King yang dirilis pada 19 April 2002 menjadi tonggak penting dalam karier Dwayne Johnson. Dalam film aksi petualangan arahan sutradara Chuck Russell ini, Johnson—yang saat itu masih dikenal sebagai The Rock—mendapatkan peran utama pertamanya di layar lebar.
Film ini merupakan prekuel sekaligus spin-off dari waralaba The Mummy, dengan latar waktu lebih dari 5.000 tahun sebelum peristiwa dalam The Mummy dan The Mummy Returns. The Scorpion King mengisahkan perjalanan Mathayus, sang prajurit Akkadia, menuju takdirnya sebagai Raja Kalajengking.
Mengangkat nuansa petualangan Timur Tengah kuno, The Scorpion King menampilkan aksi seru dan penuh intrik. Mathayus (Dwayne Johnson) ditugaskan membunuh Cassandra (Kelly Hu), seorang peramal yang menjadi kekuatan utama musuh besar mereka, Memnon (Steven Brand). Namun, alur berubah saat Mathayus justru menyelamatkan Cassandra dan berbalik menantang takdir demi membalaskan dendam dan menyatukan suku-suku pemberontak.
Film ini juga dibintangi Michael Clarke Duncan sebagai Raja Balthazar, Grant Heslov sebagai pencuri kuda Arpid, serta Bernard Hill sebagai ilmuwan eksentrik Philos.
Produksi dan Rilis Global
Sebagai spin-off dari The Mummy Returns (2001), Universal Pictures memanfaatkan popularitas karakter Mathayus untuk memperluas jagat cerita. Dengan bujet produksi sebesar USD 60 juta, Dwayne Johnson dibayar USD 5,5 juta—rekor tertinggi bagi aktor debut utama saat itu.
Universal menjalankan strategi peluncuran global secara serentak di 11 negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Australia, Korea Selatan, dan Singapura. Langkah ini diambil untuk memaksimalkan popularitas The Rock sebagai bintang gulat yang dikenal di lebih dari 130 negara.
Kesuksesan Komersial Meski Kritik Terbagi
Di pekan pembukaannya, The Scorpion King meraup USD 36 juta dan memuncaki box office AS. Film ini sempat memecahkan rekor pembukaan bulan April, mengalahkan The Matrix. Total pendapatan global mencapai hampir USD 179 juta, dua kali lipat dari bujet produksi, menjadikannya sebagai kesuksesan finansial moderat.
Meski begitu, ulasan kritikus beragam. Rotten Tomatoes mencatatkan skor 40% dari 135 ulasan, sementara Metacritic memberi nilai rata-rata 45/100. Penonton lewat CinemaScore memberikan nilai “B”.
Kritikus legendaris Roger Ebert memberikan tiga dari empat bintang, menyebut film ini “konyol namun menyenangkan.” Ia memuji karisma Johnson dan gaya film yang sadar akan kekonyolannya sendiri. Sebaliknya, James Berardinelli dari ReelViews menyebut film ini sebagai aksi petualangan yang kurang menggugah.
Perluasan Waralaba dan Media Tambahan
The Scorpion King juga merambah dunia video game dengan dua judul: The Scorpion King: Rise of the Akkadian (GameCube dan PS2) serta Sword of Osiris (Game Boy Advance). Selain itu, film ini dirilis dalam berbagai format home media, termasuk DVD (2002), Blu-ray (2008), dan 4K Ultra HD (2019).
Kesuksesan ini turut membuka jalan bagi sekuel-sekuel lanjutan, meski tidak lagi menampilkan Dwayne Johnson sebagai pemeran utama.
The Scorpion King bukan hanya film aksi biasa, tapi juga momentum penting dalam transisi Dwayne Johnson dari dunia gulat ke layar lebar. Meski tak luput dari kritik, film ini berhasil memikat penonton dan menjadi batu loncatan yang membawa Johnson menuju status bintang aksi global. (ret/hdl)