Jakarta (pilar.id) – Superman, film terbaru besutan James Gunn, resmi dirilis hari ini di bioskop Amerika Serikat. Sebagai tonggak pembuka dari Jagat DC (DC Universe) yang baru, film ini tidak hanya memperkenalkan kembali pahlawan ikonik dari Krypton, tetapi juga memantik perdebatan politik di tengah masyarakat, terutama karena narasi identitas imigran yang dibawanya.
Film ini dibintangi oleh David Corenswet sebagai Clark Kent alias Superman, Rachel Brosnahan sebagai Lois Lane, dan Nicholas Hoult sebagai Lex Luthor. Sementara itu, deretan karakter tambahan seperti Mister Terrific, Green Lantern, Hawkgirl, hingga sepupu Superman, Kara Zor-El, turut memperkaya alur cerita yang kompleks dan emosional.
Kilas Balik Produksi: Dari DCEU Gagal ke DCU Baru
Awalnya direncanakan sebagai sekuel dari Man of Steel (2013), proyek ini sempat terkatung-katung akibat kekacauan dalam produksi Justice League (2017). Setelah pengembangan DCEU terbengkalai, James Gunn mulai menggarap visi baru Superman sejak Agustus 2022. Ia kemudian ditunjuk sebagai co-CEO DC Studios bersama Peter Safran, dan pada Maret 2023 dipastikan akan menyutradarai film ini.
Judul awalnya, Superman: Legacy, diganti menjadi Superman saja pada Februari 2024. Proses syuting berlangsung di Norwegia dan Trilith Studios, Atlanta, serta beberapa lokasi lain di Georgia dan Ohio. Syuting rampung pada Juli 2024.
Sinopsis: Identitas, Politik, dan Pertarungan Moral Superman
Tiga puluh tahun setelah kehancuran Krypton, Kal-El dibesarkan sebagai Clark Kent di Kansas oleh Jonathan dan Martha Kent. Setelah tiga tahun beroperasi sebagai Superman, ia kini menghadapi ancaman global sekaligus krisis identitas.
Setelah menggagalkan invasi Boravia ke Jarhanpur, opini publik mulai berbalik akibat manipulasi miliarder Lex Luthor, yang diam-diam mengendalikan Ultraman, kloning Superman yang digunakan sebagai pion politik. Luthor juga memanfaatkan pesan rusak dari orang tua kandung Superman yang menyerukan dominasi atas Bumi—sebuah narasi yang disalahgunakan untuk membentuk persepsi negatif publik terhadap sang pahlawan.
Superman yang terluka dan difitnah akhirnya menyerahkan diri, hanya untuk dipenjara dalam dimensi saku buatan Luthor bersama anjing setianya, Krypto. Dalam dunia saku inilah ia bertemu kembali dengan Metamorpho, yang kemudian membantunya melawan dominasi Luthor.
Dengan bantuan Lois Lane, Mister Terrific, Green Lantern, dan Hawkgirl, Superman berhasil memulihkan nama baiknya dan menggagalkan rencana Luthor yang hampir memusnahkan kota Metropolis melalui lubang hitam buatan. Film ditutup dengan adegan mengharukan antara Superman dan Lois, serta kembalinya Kara Zor-El untuk membawa pulang Krypto.
Kritik dan Kontroversi: Superman sebagai Simbol Imigran
Film ini menuai kritik tajam dari sejumlah tokoh dan media konservatif Amerika. Narasi bahwa Superman adalah ‘imigran yang datang menyelamatkan Bumi’ dianggap sebagai bagian dari agenda liberal Hollywood.
Pernyataan James Gunn dalam berbagai wawancara mempertegas bahwa film ini tidak sekadar mengangkat cerita pahlawan super, tetapi juga menyuarakan nilai kemanusiaan yang inklusif.
Namun, bagi banyak penonton dan kritikus, Superman justru hadir sebagai respons atas kejenuhan terhadap formula superhero konvensional. Di tangan Gunn, Superman kembali menjadi simbol harapan, sekaligus manusiawi, rentan, dan penuh konflik moral.
Pemeran Utama dan Pendukung:
- David Corenswet sebagai Kal-El / Clark Kent / Superman
- Rachel Brosnahan sebagai Lois Lane
- Nicholas Hoult sebagai Lex Luthor
- Edi Gathegi sebagai Mister Terrific
- Anthony Carrigan sebagai Metamorpho
- Nathan Fillion sebagai Green Lantern
- Isabela Merced sebagai Hawkgirl
Skyler Gisondo, Sara Sampaio, Wendell Pierce, Bradley Cooper, dan Angela Sarafyan juga tampil dalam peran pendukung penting.
Arah Baru DCU: Akankah Publik Menerima?
Superman adalah taruhan besar Warner Bros. dan DC Studios. Dengan anggaran besar dan tekanan untuk membangun semesta baru, keberhasilan film ini sangat menentukan masa depan DCU.
Meskipun masih menyimpan tantangan, Superman menandai awal baru yang berani dan emosional. Bagi penggemar lama maupun baru, film ini adalah ajakan untuk melihat kembali nilai-nilai kebaikan, keberanian, dan keadilan—tanpa harus melupakan kemanusiaan di balik kekuatan super. (ret/hdl)