Jangan abaikan, ini efek jangka panjang bullying bagi korban & pelaku

1 day ago 16

Jakarta (ANTARA) - Perundungan atau bullying bisa menimpa siapa saja, tanpa memandang usia, latar belakang, ras, ataupun jenis kelamin. Tindakan ini tidak hanya dipengaruhi oleh individu pelaku, tetapi juga bisa muncul karena faktor lingkungan sekitar.

Bullying merupakan perilaku negatif berupa tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja, baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuknya pun beragam, mulai dari ucapan menyakitkan hingga tindakan fisik atau psikologis yang mengganggu.

Situasi ini seringkali membuat korbannya merasa tidak nyaman, kehilangan kepercayaan diri, tertekan, bahkan terluka secara emosional. Umumnya, pelaku tidak mempertimbangkan dampak dari perbuatannya dan lebih dipengaruhi oleh emosi sesaat serta dorongan pribadi.

Dampak perundungan tidak hanya dirasakan korban, tetapi juga dapat mempengaruhi pelaku dalam jangka panjang, baik secara mental, sosial, maupun emosional.

Lalu, apa saja konsekuensi jangka panjang dari perilaku bullying, baik bagi korban maupun pelakunya? Simak penjelasannya berikut ini yang dirangkum dari berbagai sumber.

Efek jangka panjang bullying pada korban

1. Hilangnya rasa percaya diri

Korban perundungan umumnya mengalami penurunan rasa percaya diri akibat tekanan dan intimidasi yang diterima. Mereka cenderung merasa tidak layak, tidak berharga, dan minder untuk bersosialisasi atau bergabung dengan kelompok teman.

Ketidakpercayaan diri ini bisa berdampak besar terhadap kondisi psikologis korban, mempengaruhi aktivitas sehari-hari, dan menghambat perkembangan pribadi. Dalam jangka panjang, korban bisa terus merasa ragu untuk mencoba hal-hal baru atau mengikuti minatnya sendiri karena merasa tidak pantas.

2. Emosi menjadi kurang stabil

Salah satu dampak jangka panjang dari perundungan adalah gangguan kestabilan emosi. Korban kerap mengalami gejala depresi seperti kesedihan mendalam, kecemasan berlebihan, hingga kemarahan yang sulit dikendalikan.

Dalam kasus tertentu, korban bisa mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD), baik saat masih anak-anak maupun ketika dewasa. Ketidakstabilan emosional ini bisa memicu keinginan menyakiti diri sendiri, bahkan dalam kondisi ekstrem, berujung pada keinginan bunuh diri atau menjadi pelaku perundungan karena motif balas dendam.

3. Penurunan prestasi akademik

Tak hanya mempengaruhi mental dan emosional, perundungan juga berdampak pada performa akademik. Korban yang sebelumnya berprestasi bisa kehilangan semangat belajar akibat tekanan psikologis, sehingga mengalami kesulitan berkonsentrasi di kelas. Lambat laun, hal ini dapat menyebabkan nilai akademik menurun dan berdampak pada masa depan pendidikan korban.

4. Menutup diri dari lingkungan sosial

Dalam jangka panjang, perundungan dapat mempengaruhi kemampuan korban untuk bersosialisasi. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan pertemanan, bahkan menolak ajakan dari orang lain sekalipun.

Hal ini disebabkan oleh munculnya rasa tidak percaya atau trust issue terhadap lingkungan sekitar. Korban merasa bahwa orang-orang di sekitarnya bisa saja menyakiti-nya lagi, sehingga memilih menjaga jarak karena rasa takut dan kecemasan yang terus membayangi.

Efek jangka panjang bagi pelaku bullying

1. Kurangnya rasa empati

Pelaku perundungan umumnya tidak memiliki kepedulian terhadap perasaan atau kondisi korbannya. Mereka cenderung mengabaikan dampak emosional yang ditimbulkan dan bahkan merasa puas saat melihat korban menderita. Seiring waktu, sikap acuh ini membuat empati mereka semakin tumpul dan sulit merasakan simpati terhadap orang lain.

2. Bersikap sewenang-wenang

Pelaku bullying kerap merasa bahwa tindakan agresif-nya adalah sesuatu yang wajar, bahkan dianggap sebagai pembenaran. Untuk mencapai keinginannya, mereka tidak segan menggunakan kekerasan, baik secara verbal maupun fisik, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain.

3. Prestasi sekolah menurun

Tindakan bullying juga dapat berdampak negatif pada performa belajar pelaku itu sendiri. Sering bolos atau tidak fokus dalam kegiatan belajar karena merasa dominan dan ditakuti teman-teman membuat mereka tidak menganggap penting pendidikan. Sikap ini bisa menumbuhkan rasa sombong, seolah tak membutuhkan prestasi akademik untuk dihargai.

4. Mendapatkan label negatif oleh orang lain dan lingkungan sosial

Dalam lingkungan sekolah maupun sosial yang sehat, perilaku pelaku bullying biasanya mendapat penilaian buruk dari orang lain. Mereka kerap dijauhi, dijuluki dengan sebutan negatif, atau tidak diterima dalam pergaulan.

Akibatnya, pelaku bisa merasa terisolasi karena kehilangan dukungan dan kepercayaan dari lingkungan sekitar, yang sulit menerima tindakan tidak terpuji seperti perundungan.

Baca juga: Cara efektif optimalkan peran orang tua & sekolah untuk cegah bullying

Baca juga: 5 jenis bullying yang perlu diketahui anak dan orang tua

Baca juga: Cara beradaptasi di sekolah baru agar terhindar dari perundungan

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |