Jakarta (pilar.id) – Data terbaru Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat menunjukkan inflasi turun ke 2,8 persen pada Februari 2025, lebih rendah dari proyeksi 2,9 persen secara tahunan (YoY).
Penurunan ini memberikan sentimen positif bagi pasar, meningkatkan harapan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun.
Setelah data CPI dirilis, Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan moderat dan mencapai 83.371 Dollar AS. Penurunan inflasi mengurangi tekanan kebijakan moneter ketat, sehingga mendukung aset berisiko seperti kripto. Indeks saham utama AS juga mencatatkan kenaikan, mencerminkan respons positif investor terhadap berita ini.
Dampak terhadap Kebijakan The Fed
Meskipun inflasi utama turun, inflasi inti (Core CPI) tetap di 3,1 persen YoY, sedikit lebih rendah dari perkiraan 3,2 persen. Inflasi inti, yang tidak memasukkan harga makanan dan energi, mengalami penurunan pertama sejak Juli 2024, menunjukkan bahwa tekanan inflasi mulai mereda.
“Baik inflasi utama maupun inti mengalami penurunan! Ini meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga. Dolar melemah, dan ini bisa berdampak positif pada harga kripto,” kata Fyqieh Fachrur, Analyst Tokocrypto.
Fyqieh menambahkan, jika inflasi terus turun, The Fed kemungkinan akan mengadopsi kebijakan lebih dovish, membuka peluang lebih besar bagi likuiditas masuk ke pasar. CME FedWatch menunjukkan investor semakin yakin bahwa pemotongan suku bunga akan terjadi dalam pertemuan Fed mendatang.
“Inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi bisa mendorong The Fed untuk segera memangkas suku bunga,” jelasnya.
Bitcoin di Persimpangan Siklusnya
Bitcoin kini berada di fase krusial dalam siklusnya. Berbeda dari pola historis pasca-halving yang biasanya memicu reli besar, pergerakan BTC kali ini lebih dipengaruhi faktor makroekonomi dan adopsi institusional.
Menurut Fyqieh, perbandingan siklus Bitcoin sebelumnya (2012-2016 dan 2016-2020) menunjukkan lonjakan harga yang lebih agresif dibandingkan dengan siklus saat ini. Sejak Oktober 2024, harga BTC naik signifikan, lalu mengalami konsolidasi pada Januari 2025 dan koreksi di akhir Februari.
“Dulu, Bitcoin lebih didominasi spekulan ritel. Sekarang, keterlibatan investor institusional, bank, dan pemerintah membuat harga BTC lebih stabil dibandingkan lonjakan ekstrem di masa lalu,” ungkapnya.
Reli Bitcoin juga semakin moderat. Siklus sebelumnya menunjukkan kenaikan eksponensial, sementara siklus 2020-2024 lebih stabil. Salah satu indikator utama, rasio MVRV Pemegang Jangka Panjang (LTH), menunjukkan laba belum terealisasi di kalangan investor jangka panjang semakin menurun.
Selain faktor makroekonomi, aspek politik juga mempengaruhi harga Bitcoin. Sikap pro-kripto dari Donald Trump serta meningkatnya adopsi BTC di tingkat negara bagian menambah variabel baru dalam siklus ini.
“Meskipun pasar tidak terlalu merespons White House Crypto Summit, langkah ini menandai adopsi Bitcoin yang semakin luas di pemerintahan,” tambah Fyqieh.
Apakah Bitcoin Sudah Mencapai Puncaknya?
Saat ini, banyak yang mempertanyakan apakah Bitcoin sudah mencapai puncaknya atau masih bisa menembus 100.000 Dollar AS. Secara teknikal, BTC baru saja menembus 80.000 Dollar AS, setelah sebelumnya sempat turun ke 76.555 Dollar AS, level terendah sejak 10 November 2024.
Pergerakan terbaru menunjukkan pola segitiga naik, yang bisa mendorong harga melampaui 84.000 Dollar AS. Namun, tren bullish tetap bertahan selama harga tidak turun di bawah 81.000 Dollar AS. Jika itu terjadi, maka tren naik bisa batal.
“Bagi yang mengadopsi strategi konservatif, posisi long bisa dilakukan setelah konfirmasi breakout, dengan stop loss di bawah garis resistensi,” analisa Fyqieh.
Target berikutnya ada di 86.750 Dollar AS, dengan batas bawah di 84.000 Dollar AS. Namun, untuk benar-benar membalikkan tren bearish, BTC harus menembus 91.000 Dollar AS dalam beberapa hari ke depan. Saat ini, volume perdagangan masih di bawah rata-rata, mengindikasikan bahwa kenaikan ini bisa saja hanya pemulihan jangka pendek.
Dengan inflasi yang melambat dan ekspektasi pemangkasan suku bunga, pasar kripto memiliki potensi untuk kembali reli. Namun, investor tetap harus waspada terhadap faktor makroekonomi dan politik global yang dapat mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin ke depan.(usm/hdl)