Bandung (pilar.id) — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) terus memperkuat peran strategis Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang sebagai pusat inovasi energi panas bumi dan penggerak utama transisi energi bersih di Indonesia.
Upaya ini menjadi wujud nyata komitmen PGE dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan pemerintah.
General Manager PGE Area Kamojang, I Made Budi Kesuma Adi Putra, menegaskan bahwa Kamojang merupakan simbol sejarah sekaligus tonggak inovasi energi bersih nasional.
“Sebagai pionir panas bumi di Indonesia, Kamojang bukan hanya simbol sejarah, tetapi bukti nyata kontribusi Indonesia dalam mewujudkan masa depan energi bersih. Kami berkomitmen menjadikan Kamojang sebagai pusat inovasi untuk memperkuat ketahanan energi nasional,” ujarnya.
Energi Bersih yang Memberdayakan Masyarakat
Selain fokus pada pengembangan energi panas bumi, PGE juga aktif menggerakkan program pemberdayaan masyarakat berkelanjutan di sekitar wilayah operasi Kamojang.
Salah satu inisiatif unggulan adalah Digital Rangers App, sebuah platform layanan digital yang mengintegrasikan transportasi, pariwisata, dan penjualan daring bagi masyarakat lokal. Warga Kamojang terlibat langsung sebagai mitra pengemudi motor listrik, yang dayanya bersumber dari listrik ramah lingkungan hasil produksi PLTP Kamojang.
Inovasi lain yang tak kalah berdampak adalah Geothermal Dry House — fasilitas pengeringan kopi pertama di dunia yang memanfaatkan uap panas bumi.
Teknologi ini mampu mempercepat proses pengeringan kopi dari 30–45 hari menjadi hanya 3–10 hari, sekaligus meningkatkan pendapatan petani hingga tiga kali lipat. Kini, kopi Kamojang telah menembus pasar ekspor ke Jepang, Korea, dan Eropa.
Komitmen pada Konservasi dan Keberlanjutan
PGE juga menaruh perhatian besar terhadap pelestarian lingkungan. Bersama BBKSDA Jawa Barat, Raptor Indonesia, dan masyarakat setempat, perusahaan menjalankan program konservasi Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) — satwa langka endemik Pulau Jawa.
Sejak berdirinya Pusat Konservasi Elang Kamojang pada 2014, telah dilakukan konservasi terhadap 392 ekor Elang Jawa, dengan 153 di antaranya telah dilepasliarkan kembali ke alam bebas.
Selain itu, PGE meluncurkan program GEMAH KARSA (Geothermal Empowerment for Maximizing Agriculture through Kamojang Responsible and Sustainable Farming). Program ini memberdayakan 2.647 penerima manfaat dari kelompok rentan, melalui pertanian berkelanjutan berbasis energi panas bumi, penyediaan air bersih, dan pengembangan pupuk organik.
“Keberadaan PLTP Kamojang tidak hanya memberikan manfaat energi, tetapi juga nilai sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar,” tambah Made Budi. “Kami ingin memastikan setiap langkah pengembangan energi panas bumi juga memberi dampak nyata bagi kesejahteraan komunitas lokal.”
Berbagai inisiatif ini mengantarkan PGE Kamojang meraih penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) selama 14 tahun berturut-turut — pengakuan atas kinerja unggul dalam keberlanjutan dan tanggung jawab sosial lingkungan.
Kamojang, Tulang Punggung Transisi Energi Nasional
Kamojang merupakan wilayah panas bumi tertua di Indonesia, pertama kali dieksplorasi oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1926, dan dikembangkan oleh Pertamina sejak 1974. PLTP Kamojang Unit I resmi beroperasi secara komersial pada 1983, menandai era baru pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia.
Saat ini, WKP Kamojang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk dengan lima unit PLTP yang memiliki kapasitas terpasang total 235 megawatt (MW) — bagian dari total 727 MW kapasitas panas bumi yang dikelola PGE secara nasional.
Dengan kapasitas tersebut, PLTP Kamojang mampu memasok listrik bersih untuk lebih dari 260.000 rumah tangga setiap hari, tanpa bergantung pada sinar matahari, cuaca, atau bahan bakar fosil. Hingga September 2025, produksi listrik dari Kamojang mencapai 1.326 gigawatt hour (GWh), tertinggi di antara seluruh WKP PGE. Operasi bersih ini juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon hingga 1,22 juta ton CO₂ per tahun.
Target Ambisius PGE Menuju 3 GW
PGE tengah mempercepat ekspansi kapasitas energi panas bumi secara nasional. Dalam dua hingga tiga tahun ke depan, PGE menargetkan kapasitas terpasang mencapai 1 gigawatt (GW), kemudian meningkat menjadi 1,8 GW pada 2033, dan 3 GW secara total dalam jangka panjang.
Salah satu proyek quick win yang tengah dikembangkan adalah pemanfaatan uap dari sumur bertekanan rendah di Kamojang dengan kapasitas tambahan 5 MW, yang ditargetkan beroperasi pada 2028.
Langkah strategis ini menegaskan posisi Kamojang sebagai pilar utama transisi energi nasional, sekaligus model pengelolaan energi berkelanjutan yang menyeimbangkan antara bisnis, lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
“Kami ingin memastikan Kamojang terus menjadi contoh nyata bagaimana energi panas bumi dapat menjadi solusi masa depan — bersih, berkelanjutan, dan menyejahterakan,” tutup Made Budi. (ren)

12 hours ago
7

















































