Jakarta (pilar.id) – Run Hide Fight, film aksi-thriller asal Amerika Serikat yang disutradarai Kyle Rankin, memicu perdebatan luas sejak dirilis. Film ini menyoroti kisah dramatis seorang siswi SMA yang berjuang menyelamatkan teman-temannya dari serangan bersenjata di sekolah.
Film berdurasi 109 menit ini dibintangi oleh Isabel May sebagai Zoe Hull, didukung oleh Radha Mitchell, Thomas Jane, Eli Brown, Olly Sholotan, dan Britton Sear. Judul film diambil dari prosedur Run. Hide. Fight., panduan keamanan dalam situasi penembakan aktif di Amerika Serikat.
Kisah Menegangkan di Sekolah
Zoe Hull, seorang siswi SMA yang tengah berduka atas kematian ibunya, terjebak dalam serangan brutal empat penembak bersenjata di sekolahnya.
Dengan kecerdikan dan keberanian, Zoe berusaha menyelamatkan para siswa yang disandera sambil menghadapi pemimpin para penyerang, Tristan Voy (Eli Brown), yang berambisi mencari ketenaran lewat aksi kekerasan.
Ketegangan meningkat ketika Zoe harus melawan satu per satu penyerang, mengatur strategi penyelamatan, hingga akhirnya menghadapi Tristan dalam duel terakhir yang menegangkan. Film ini juga menggambarkan hubungan emosional Zoe dengan ayahnya, Todd Hull (Thomas Jane), yang berperan penting di penghujung cerita.
Rilis dan Penayangan
Film Run Hide Fight tayang perdana di Venice Film Festival pada 10 September 2020. Kemudian, hak distribusinya diambil oleh The Daily Wire, dan film ini dirilis di platform streaming mereka pada 14 Januari 2021.
Di Indonesia, film ini sempat tayang di jaringan 21 Cineplex pada 18 Februari 2022, menarik perhatian penonton lokal karena temanya yang sensitif dan intens.
Respons dan Kritik
Secara umum, Run Hide Fight mendapat tanggapan negatif dari kritikus. Di situs Rotten Tomatoes, film ini memperoleh skor 38 persen dari 21 ulasan, dengan rata-rata nilai 5,2/10. Sementara di Metacritic, nilainya hanya 13/100, menandakan “ketidaksukaan luar biasa” dari para kritikus.
Jonathan Romney dari Screen International menyebut film ini “fundamentally tasteless” atau secara mendasar tidak berkelas, meski memuji performa akting muda yang kuat.
Sementara Guy Lodge dari Variety membandingkan film ini dengan Elephant (2003) dan The Hunger Games (2012), menilai arah sutradara terlalu “pedestrian” dan berusaha mencari perhatian lewat isu sensitif.
David Rooney dari The Hollywood Reporter menyebut film ini seperti versi remaja dari Die Hard, dengan sentuhan dramatis yang setengah hati. Sedangkan David Ehrlich dari IndieWire menilai film ini artless dan glib, sementara Robbie Collin dari The Telegraph menyebut karakter penjahatnya terlalu mirip Joker dari The Dark Knight (2008).
Meski banyak menuai kritik, Run Hide Fight tetap menarik perhatian karena keberanian menampilkan isu sensitif: penembakan massal di sekolah.
Performa Isabel May dinilai sebagai kekuatan utama film. Ia sukses menampilkan karakter tangguh yang berjuang melawan ketakutan dan kehilangan.
Bagi penonton yang mencari aksi menegangkan dengan tema emosional, film ini mungkin tetap layak disaksikan — meski pesan moral dan eksekusinya masih menjadi bahan perdebatan. (ret/hdl)

15 hours ago
7

















































