Surabaya (pilar.id) – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menerima kunjungan delegasi Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris guna memperkuat kerja sama dalam transisi energi rendah karbon.
Pertemuan yang berlangsung di Gedung Research Center ITS ini merupakan bagian dari Program Bilateral Inggris-Indonesia, Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (MENTARI), yang menyoroti pentingnya inovasi teknologi dalam sektor energi terbarukan.
Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS, Fadlilatul Taufany ST PhD, menekankan bahwa kerja sama ini berpotensi mempercepat adopsi energi bersih berbasis maritim.
Salah satu implementasi nyata yang telah dilakukan ITS adalah pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga surya apung lepas pantai.
Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi terbarukan di kawasan pesisir dan perairan lepas.
“Ide ini sejalan dengan visi transisi energi, khususnya dalam eksplorasi sumber daya maritim untuk mendukung keberlanjutan energi nasional,” ujar Taufany.
Solar2Wave: Solusi Energi Terbarukan Berbasis Maritim
ITS sebelumnya telah memperoleh pendanaan dari Innovate United Kingdom (UK) melalui UK Research and Innovation (UKRI) untuk proyek Solar2Wave. Teknologi ini dikembangkan sebagai solusi inovatif dalam pemanfaatan energi matahari di lingkungan maritim.
“Dukungan internasional ini mencerminkan kepercayaan terhadap ITS sebagai institusi yang mampu menghadirkan solusi energi inovatif berbasis riset dan teknologi,” tambahnya.
Penasihat energi Kedubes Inggris, Rizka Sari, mengapresiasi upaya ITS dalam riset teknologi maritim dan energi terbarukan. Menurutnya, inovasi seperti Solar2Wave sangat relevan dengan visi Program MENTARI dalam menghadirkan solusi energi off-grid yang berkelanjutan.
“Teknologi ini memiliki potensi besar untuk direplikasi di berbagai wilayah pesisir Indonesia sebagai bagian dari transisi energi,” ungkap Rizka.
Lebih lanjut, Kedubes Inggris juga ingin mengeksplorasi lebih dalam terkait implementasi teknologi ini, termasuk kemungkinan adaptasi dan skalabilitasnya. Rizka menegaskan bahwa kolaborasi ini tidak hanya berkontribusi bagi sektor akademik, tetapi juga berdampak langsung pada upaya dekarbonisasi nasional.
Mendorong Ekosistem Energi Bersih di Indonesia
Ketua tim peneliti Solar2Wave Indonesia, Prof Dr I Ketut Aria Pria Utama MSc, menegaskan bahwa inovasi ini menjadi terobosan penting dalam pemanfaatan energi terbarukan di lingkungan perairan. Berbeda dengan proyek pembangkit listrik tenaga surya pada umumnya, Solar2Wave dirancang untuk menghadapi tantangan lingkungan laut terbuka.
“Keberhasilan teknologi ini membuka peluang eksplorasi lebih luas guna memperkuat ketahanan energi nasional,” jelas dosen Departemen Teknik Perkapalan ITS tersebut.
Ia optimis bahwa kolaborasi ini akan mendorong pengembangan ekosistem riset dan industri energi terbarukan di Indonesia. Menurutnya, kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta, menjadi kunci dalam percepatan adopsi teknologi energi bersih.
“Kami berharap ini menjadi langkah awal menuju pemanfaatan energi laut yang lebih luas, sekaligus mendukung target net zero emission Indonesia,” tambahnya.
Tak hanya berkontribusi pada strategi transisi energi dan pencapaian net zero emission, proyek Solar2Wave juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Inovasi ini selaras dengan SDG ke-7 (Energi Bersih dan Terjangkau), SDG ke-13 (Penanganan Perubahan Iklim), serta SDG ke-17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
Dengan dukungan dari berbagai pihak, inovasi berbasis riset ini diharapkan mampu menjadi solusi berkelanjutan dalam mewujudkan sistem energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia. (hdl)