Penemuan Cadangan Gas Bumi Dongkrak Ketahanan Ekonomi, Energi, dan Transisi Energi Nasional

1 day ago 18

Jakarta (pilar.id) – Penemuan sejumlah cadangan gas bumi baru dalam beberapa tahun terakhir menjadi katalis penting bagi upaya penguatan ketahanan ekonomi, ketahanan energi, serta percepatan transisi energi nasional.

Berdasarkan data SKK Migas 2025, total cadangan gas Indonesia hingga Juni 2025 mencapai 51,98 triliun kaki kubik (TCF), dengan sejumlah temuan besar seperti Layaran-1 di Blok South Andaman (6 TCF), Timpan-1 di Blok Andaman II (5–6 TCF), Geng North-1 di Blok North Ganal (5 TCF), serta South CPP (87,09 BCF).

Lembaga riset energi ReforMiner Institute menilai bahwa dominasi penemuan gas bumi dalam aktivitas eksplorasi migas nasional menunjukkan peran strategis komoditas ini dalam mendukung tiga agenda besar Indonesia: ketahanan ekonomi, ketahanan energi, dan transisi energi menuju target Net Zero Emission (NZE) 2060.

Gas Bumi, Pilar Ketahanan Ekonomi dan Energi Nasional

Dibandingkan minyak bumi dan batu bara, gas bumi dianggap lebih potensial dalam mendukung ketahanan energi nasional. Selain faktor ketersediaan, gas bumi juga selaras dengan arah kebijakan ekonomi hijau global yang menekankan penggunaan energi rendah emisi.

Hasil studi ReforMiner mencatat bahwa indeks multiplier industri hulu gas bumi mencapai 6,56, artinya setiap investasi di sektor ini mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi hingga 6,5 kali lipat. Sementara linkage index industri hulu gas bumi sebesar 3,12, jauh di atas rata-rata nasional, menunjukkan keterkaitan kuat sektor ini dengan berbagai sektor ekonomi lainnya.

Dari sisi fiskal, penguatan pemanfaatan gas bumi juga dapat menekan beban subsidi dan kebutuhan devisa impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Kementerian Keuangan (2025) mencatat, dalam lima tahun terakhir subsidi LPG mencapai Rp 453 triliun, dengan kebutuhan devisa impor sekitar Rp 64 triliun per tahun.

Implementasi jaringan gas rumah tangga (jargas) yang ditargetkan mencapai 4 juta sambungan berpotensi menghemat subsidi hingga Rp 2,68 triliun dan mengurangi impor LPG sebesar 400 ribu metrik ton atau sekitar 6,15 persen dari total impor nasional.

Dukungan Gas Bumi untuk Kebijakan Hilirisasi

Gas bumi juga menjadi komponen penting dalam kebijakan hilirisasi industri nasional. ReforMiner mencatat, kebutuhan gas untuk mendukung proyek-proyek hilirisasi seperti Pupuk Iskandar Muda (PIM) III, Pupuk Sriwijaya (Pusri) III, GRR Tuban, Pabrik Methanol Bojonegoro, dan Petrokimia Masela diperkirakan mencapai 1.078 MMSCFD.

Pemanfaatan gas domestik terbukti memberikan efek ekonomi lebih besar dibandingkan impor. Studi ReforMiner (2025) menunjukkan, pada industri petrokimia, penggunaan gas bumi dari produksi dalam negeri mampu meningkatkan multiplier effect hingga 5,28 kali dibandingkan penggunaan gas impor.

Peran Gas Bumi dalam Transisi Energi dan NZE 2060

Gas bumi juga memainkan peran sentral dalam mendukung kebijakan transisi energi dan target Net Zero Emission (NZE) 2060. Berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (PP No. 40 Tahun 2025), porsi gas bumi dalam bauran energi nasional diproyeksikan meningkat dari 12,9–14,2 persen pada 2030 menjadi 14,4–15,4 persen pada 2060.

Neraca Gas Kementerian ESDM (2025) menunjukkan, optimalisasi cadangan gas bumi dapat meningkatkan produksi nasional dari 5.777 MMSCFD (2025) menjadi 10.241 MMSCFD (2035). Dengan kebutuhan domestik sekitar 5.751 MMSCFD, Indonesia berpotensi menikmati surplus pasokan 4.490 MMSCFD.

Selain itu, simulasi ReforMiner menunjukkan bahwa jika 50 persen konsumsi minyak dan batu bara dikonversi menggunakan gas bumi, maka emisi karbon dapat ditekan hingga 159,51 juta ton CO₂e, atau sekitar 44,5 persen dari total target penurunan emisi sektor energi nasional.

Kebijakan Pendukung Diperlukan

ReforMiner menegaskan bahwa pemanfaatan cadangan gas bumi yang besar perlu disertai dengan kebijakan komprehensif untuk mempercepat pembangunan infrastruktur gas, menjamin kepastian investasi, memperluas akses pasar, serta menetapkan harga gas yang proporsional.

Dengan strategi kebijakan yang tepat, gas bumi berpotensi menjadi “jembatan energi” yang menguatkan ekonomi nasional sekaligus mempercepat transisi menuju energi bersih.

Tentang ReforMiner Institute

ReforMiner Institute merupakan lembaga riset independen di bidang ekonomi energi dan pertambangan. Lembaga ini berperan sebagai mitra strategis bagi para pemangku kepentingan melalui kajian kebijakan, proyeksi, dan pemodelan ekonomi energi yang berbasis data dan analisis mendalam. (ren)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |