Mahasiswa ITS Ciptakan Alat Deteksi Glukosa Non-Invasif Lewat Air Liur, Raih Medali Emas di Thailand

3 days ago 7

Surabaya (pilar.id) – Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menciptakan inovasi terbaru dalam dunia medis, yaitu alat deteksi glukosa non-invasif melalui air liur.

Alat yang dinamakan Saliva-based Wellness and Efficient Enzymatic Test for Glucose Monitoring (SWEET) ini dirancang untuk memudahkan deteksi kadar glukosa tanpa perlu menggunakan metode invasif seperti pengambilan sampel darah.

Proyeksi peningkatan penderita diabetes di Indonesia menjadi latar belakang utama pengembangan alat ini. Menurut Tazkiya Umama, ketua tim SWEET, metode deteksi glukosa melalui darah yang selama ini digunakan dinilai kurang efektif.

“Metode tersebut invasif, memakan waktu, dan membutuhkan keterampilan tinggi,” ujar mahasiswi yang akrab disapa Kiya ini.

SWEET dikembangkan sejak November 2024 oleh tim yang terdiri dari tiga mahasiswi angkatan 2023.

Alat ini bekerja melalui dua proses utama, yaitu deteksi berdasarkan reaksi kimia dan validasi hasil melalui aplikasi. Kiya menjelaskan, timnya menggunakan kertas biosensor yang dilapisi parafin hidrofobik untuk meningkatkan akurasi dan presisi deteksi.

Kertas sensor ini juga dilengkapi dengan zat berbasis enzim seperti kitosan, nanopartikel emas, hidrogen peroksida, dan larutan kromofor.

“Ketika air liur dituangkan ke kertas sensor, zat-zat tersebut akan memicu reaksi dan menyebabkan perubahan warna. Selanjutnya, perubahan warna ini dipindai menggunakan kamera gawai melalui aplikasi SWEET untuk mendeteksi tingkat glukosa,” papar Kiya.

Berdasarkan hasil pengujian, SWEET mampu mendeteksi kadar glukosa dalam waktu 3-5 menit. Selain itu, aplikasi ini juga memberikan rekomendasi kesehatan berdasarkan hasil deteksi.

“Misalnya, jika kadar glukosa tinggi, aplikasi akan menyarankan untuk tetap terhidrasi, berolahraga, atau berkonsultasi ke dokter,” tambahnya.

Inovasi ini tidak hanya bermanfaat bagi dunia medis, tetapi juga mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Pada ajang Thailand Inventor Days 2025 yang digelar pada 6 Februari 2025, SWEET berhasil meraih medali emas dalam konferensi Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation, and Technology Exposition.

“Ini adalah kebanggaan besar bagi kami karena bisa memberikan kontribusi baru bagi dunia medis,” ungkap Kiya dengan penuh semangat.

Selain medali emas, SWEET juga telah memperoleh sertifikat hak cipta atas inovasinya.

Kontribusi SWEET sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan sejahtera.

Kiya berharap, alat ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini diabetes.

“Dengan SWEET, kami ingin membantu masyarakat memantau kesehatan mereka secara lebih mudah dan efektif,” tutupnya.

Inovasi SWEET menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa Indonesia mampu bersaing di tingkat global dan memberikan solusi inovatif untuk masalah kesehatan yang mendesak. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |