Masjid As-Syuhada: Jejak Sejarah Islam dan Akulturasi Bali-Bugis di Denpasar

1 day ago 7

Denpasar (pilar.id) – Masjid As-Syuhada terletak di Kampung Bugis, Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. Masjid ini menjadi simbol sejarah dan akulturasi budaya antara masyarakat Bugis dan Bali.

Berdasarkan cerita turun-temurun, masjid ini diperkirakan telah berdiri sejak abad ke-17, setelah pemukiman suku Bugis terbentuk di Serangan di bawah pimpinan Puak Matua.

Dikutip dari buku Masjid Kuno Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1999, pendirian masjid ini juga dikaitkan dengan peran suku Bugis dalam sejarah kerajaan-kerajaan di Bali.

Masjid As-Syuhada dipercaya mendapat restu dari Kerajaan Badung setelah suku Bugis membantu dalam peperangan antarkerajaan di Bali.

Bahkan, arsitektur masjid ini diduga dirancang oleh seorang undagi, sebutan untuk arsitek tradisional Bali, sehingga unsur budaya Hindu-Bali pun turut memengaruhi bangunan masjid.

Selain itu, masjid ini menyimpan kisah unik tentang sebuah sumur tua yang diyakini memiliki keistimewaan. Sumur tersebut memiliki kedalaman sekitar tujuh meter dan menjadi satu-satunya sumur yang mengeluarkan air tawar di Pulau Serangan.

Sejak zaman dahulu, sumur ini dimanfaatkan oleh seluruh warga tanpa memandang suku dan agama, baik untuk keperluan air wudhu, memasak, hingga kebutuhan sehari-hari.

Kisah tentang sumur ini juga dikaitkan dengan legenda seorang murid kiai besar dari Madura yang mengalami gangguan kejiwaan akibat mendalami ilmu agama secara berlebihan.

Setelah beberapa kali bermimpi tentang sebuah sumur di Bali Selatan, ia memutuskan untuk mencarinya. Setelah sebulan berkelana, ia menemukan sumur di dalam Masjid As-Syuhada, yang persis seperti yang dilihatnya dalam mimpi. Konon, air dari sumur ini menjadi jalan kesembuhannya.

Arsitektur dan Struktur Bangunan

Masjid As-Syuhada memiliki luas sekitar 4 are dan menghadap ke arah timur. Bangunan ini dikelilingi tembok dengan halaman depan yang bersemen. Struktur masjid terdiri dari tiga bagian utama: serambi, ruang utama, dan tempat wudhu.

1. Serambi Masjid

Serambi berada di bagian depan ruang utama dan berpagar besi dengan pintu tengah berbentuk lengkungan berhiaskan motif bunga. Lantai serambi menggunakan marmer kuno dari Singapura berukuran 75 x 75 cm.

Di dalamnya terdapat empat tiang penyangga berbentuk bulat dengan bagian atas dan bawah berbentuk persegi. Atap serambi berbentuk datar dan digunakan sebagai tempat ibadah serta kegiatan sosial lainnya.

2. Ruang Utama

Ruang utama masjid memiliki ukuran 16 x 9,3 meter dengan empat tiang soko guru sebagai penyangga. Tiang-tiang ini memiliki bagian bawah yang lebih besar dari bagian atasnya, dengan ukiran khas di beberapa bagian.

Mihrab masjid terletak di dinding barat dan sedikit menjorok ke luar. Bagian atas mihrab berbentuk lengkungan dengan ukiran kaligrafi serta tiang semu di kedua sisinya.

Atap ruang utama terdiri dari dua tingkat:

  • Tingkat pertama berbentuk limas dan terbuat dari genteng
  • Tingkat kedua berbentuk kubah dengan puncaknya dihiasi simbol bulan dan bintang

Di dalam ruang utama juga terdapat mimbar khas berbentuk kursi yang terbuat dari kayu jati, mirip dengan Dampar Kencana di Masjid Agung Demak.

Mimbar ini memiliki tiga bagian: dasar, tempat duduk, dan atap berbentuk kubah dengan relung berhiaskan motif sulur daun dan kaligrafi La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.

3. Tempat Wudhu dan Bedug

Di sebelah kiri serambi, terdapat bangunan khusus untuk tempat wudhu dan area bedug. Ruangan ini didukung oleh empat tiang dengan dinding setinggi sepertiga bangunan. Bedug yang ada di ruangan ini diletakkan di atas tiang kayu dengan penyangga horizontal.

Pemugaran dan Makam Puak Matua

Masjid As-Syuhada telah mengalami dua kali renovasi besar, yaitu pada tahun 1977 dan 1983. Pemugaran ini dilakukan untuk menjaga keaslian serta memperkuat struktur bangunan yang telah berusia ratusan tahun.

Sekitar 100 meter di sebelah selatan masjid, terdapat makam Puak Matua, sosok yang berjasa dalam membangun komunitas Islam di Kelurahan Serangan. Makam ini menjadi salah satu lokasi yang sering dikunjungi dalam wisata religi ke Masjid As-Syuhada.

Masjid As-Syuhada bukan hanya tempat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga menjadi ikon toleransi dan akulturasi budaya di Bali. Keberadaannya di Pulau Serangan yang mayoritas beragama Hindu menunjukkan harmoni antarumat beragama.

Selain itu, keberadaan sumur tua di dalam masjid semakin menegaskan bahwa kehidupan masyarakat di Kampung Bugis telah lama mengedepankan kebersamaan tanpa memandang perbedaan suku dan agama.

Hingga kini, Masjid As-Syuhada tetap menjadi tujuan wisata religi di Bali, menarik banyak wisatawan yang ingin menyaksikan langsung perpaduan budaya Islam dan Hindu dalam arsitektur serta sejarahnya yang kaya.

Masjid As-Syuhada adalah salah satu masjid tertua di Bali yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Dengan perpaduan arsitektur Bugis dan Bali, serta kisah-kisah unik yang menyertainya, masjid ini menjadi simbol persatuan dan keberagaman di Pulau Dewata.

Bagi wisatawan yang ingin menelusuri jejak sejarah Islam di Bali, Masjid As-Syuhada adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Selain beribadah, pengunjung dapat menikmati keunikan arsitektur, menelusuri legenda sumur tua, hingga merasakan atmosfer toleransi yang telah terjalin sejak ratusan tahun lalu di Kampung Bugis, Serangan. (usm/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |