Masjid Pusaka Banua Lawas, Jejak Sejarah Islam di Tanah Dayak Maanyan

1 week ago 12

Tabalong (pilar.id) – Masjid Pusaka Banua Lawas adalah salah satu masjid tertua di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Terletak di Desa Banua Lawas, masjid ini memiliki nilai sejarah tinggi, terutama dalam penyebaran Islam di kalangan suku Dayak Maanyan.

Dikenal juga sebagai Masjid Pasar Arba, jumlah peziarah yang datang meningkat signifikan setiap hari Rabu (arba) karena bertepatan dengan hari pasar di Banua Lawas.

Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini juga menyimpan berbagai peninggalan bersejarah, termasuk beduk asli dan petaka kayu setinggi 110 cm.

Awal Mula dan Perkembangan Masjid

Meskipun tidak ada inskripsi yang mencatat tahun pasti pendiriannya, masjid ini diperkirakan dibangun pada abad ke-17 oleh Khatib Dayan dan saudaranya Sultan Abdurrahman dari Kesultanan Banjar.

Khatib Dayan tidak bekerja sendiri, ia dibantu tokoh-tokoh masyarakat Dayak seperti Datu Ranggana, Datu Kartamina, Datu Sari Panji, dan lainnya.

Menariknya, sebelum menjadi masjid, lokasi ini dulunya merupakan tempat pemujaan kepercayaan Kaharingan, agama asli suku Dayak Maanyan.

Tradisi lisan menyebut bahwa sebelum Islam masuk, tempat ini sudah dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Seiring waktu, dakwah Islam mulai diterima, dan sebagian besar suku Dayak di Banua Lawas memeluk Islam, sementara sebagian lainnya memilih pindah ke pedalaman.

Keunikan Masjid Pusaka Banua Lawas

Arsitektur Tradisional
Masjid ini memiliki atap tumpang tiga, yang dalam kepercayaan lama melambangkan gunung, tempat suci bagi leluhur. Puncak masjid dihiasi dengan pataka berbentuk kuncup bunga teratai, simbol pohon hayat dalam kepercayaan Kaharingan.

Dua Tajau Berusia 400 Tahun
Di teras masjid, terdapat dua tajau (guci penampung air) yang masih utuh hingga kini. Tajau ini dulunya digunakan untuk memandikan bayi suku Dayak yang baru lahir. Uniknya, meskipun sudah berusia lebih dari 400 tahun, warna tajau ini tidak berubah meski terus terkena sinar matahari.

Tempat Ziarah dan Nazar
Peziarah yang datang ke masjid ini biasanya membaca surah Yasin, melaksanakan shalat tahiyatul masjid, serta membawa pulang air dari tajau karena diyakini memiliki berkah. Banyak di antara mereka yang datang untuk membayar nazar setelah harapan mereka terkabul.

Makam Pejuang Banjar
Di samping masjid terdapat kompleks pemakaman warga setempat, termasuk makam Penghulu Rasyid, seorang pejuang Banjar yang berperan dalam rehabilitasi masjid di tahun 1848.

Rehabilitasi dan Pemeliharaan Masjid

Masjid Pusaka Banua Lawas telah mengalami beberapa rehabilitasi sejak pertama kali dibangun. Berikut beberapa tahap pemugarannya:

  • 1669: Pelebaran bangunan dan penggantian tiang utama dari bambu ke kayu ulin.
  • 1769 & 1791: Perbaikan struktur masjid yang mulai lapuk.
  • 1848: Penggantian dinding dari bambu menjadi kayu serta perluasan masjid.
  • 1932: Penggantian dinding dengan kayu ulin serta pemasangan lantai dari tehel (ubin).

Sampai saat ini, masjid tetap mempertahankan bentuk aslinya, dengan hanya melakukan renovasi kecil untuk menjaga keasliannya.

Warisan Sejarah yang Masih Ada

Masjid ini masih menyimpan beberapa peninggalan bersejarah, seperti:

  • Dua tajau yang tetap utuh sejak masa lalu.
  • Beduk asli dari kayu bunglai yang masih digunakan hingga kini.
  • Pataka kayu setinggi 110 cm buatan Khatib Dayan.
  • Lukisan peninggalan Penghulu Rasyid yang menghiasi mimbar masjid.

Masjid Pusaka Banua Lawas bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang Islam di Kalimantan Selatan. Dengan arsitektur khas dan sejarah panjangnya, masjid ini menjadi destinasi wisata religi yang menarik bagi umat Islam, terutama di Kalimantan.

Bagi Anda yang ingin merasakan atmosfer spiritual dan melihat langsung warisan sejarah Islam di tanah Dayak, Masjid Pusaka Banua Lawas adalah tempat yang wajib dikunjungi. (mad/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |