Bitcoin Terkoreksi Tajam, Apakah Bull Run Sudah Berakhir?

1 month ago 40

Jakarta (pilar.id) – Pasar kripto kembali mengalami gejolak hebat di awal tahun ini. Bitcoin (BTC) yang sebelumnya mencapai level tertinggi sepanjang masa (ATH) mengalami koreksi tajam hingga menyentuh 93.629 Dollar AS atau sekitar Rp 1,542 miliar pada 3 Februari 2025.

Likuidasi besar-besaran lebih dari Rp 34 triliun dalam sehari mengguncang pasar, menimbulkan pertanyaan: apakah bull run Bitcoin telah berakhir?

Sejumlah faktor makroekonomi menjadi pemicu volatilitas tinggi ini, termasuk kebijakan tarif oleh Donald Trump dan peluncuran model kecerdasan buatan DeepSeek dari China. Sentimen negatif ini mendorong aksi jual besar-besaran, menyeret kapitalisasi pasar kripto ke level lebih rendah.

Namun, di tengah tekanan ini, pola teknikal “cup and handle” mulai terbentuk. Pola ini sering kali menjadi sinyal bullish, yang menunjukkan bahwa Bitcoin mungkin sedang dalam fase konsolidasi sebelum melanjutkan kenaikan lebih tinggi.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai bahwa pola ini merupakan indikasi kuat bahwa bull run Bitcoin belum berakhir. “Fase konsolidasi ini justru penting untuk membangun fondasi sebelum Bitcoin menembus rekor tertinggi baru,” ujarnya.

Bitcoin Masih Berpotensi Naik ke 200 Ribu Dollar AS?

Optimisme terhadap Bitcoin masih tinggi, terutama setelah aset digital ini mencapai 109.100 Dollar AS saat pelantikan Donald Trump. Beberapa analis bahkan menargetkan harga Bitcoin bisa mencapai 200 ribu Dollar AS tahun ini.

Fyqieh menjelaskan bahwa indikator teknikal seperti osilator M2 dan ekstensi Fibonacci menunjukkan skenario bullish. Bahkan, ekstensi Fibonacci memperkirakan bahwa Bitcoin bisa menembus 225 ribu Dollar AS pada Juni 2025, yang akan menjadi bull run terbesar dalam sejarah.

Saat volatilitas tinggi, penting bagi investor untuk memahami pola pasar dan menerapkan manajemen risiko yang baik. Koreksi ini mungkin hanya jeda sebelum lonjakan besar berikutnya,” tambahnya.

Dinamika Regulasi dan Arus Masuk ke ETF Bitcoin

Di sisi lain, kebijakan pemerintah Amerika Serikat terhadap Bitcoin masih menjadi faktor krusial. Spekulasi bahwa BTC akan dijadikan aset cadangan strategis oleh AS sempat memicu lonjakan harga ke 109.312 Dollar AS pada Januari.

Namun, pernyataan terbaru dari David Sacks, AI dan Crypto Czar AS, meredam ekspektasi tersebut dengan menegaskan bahwa hal ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Selain itu, arus masuk ke ETF Bitcoin-spot AS juga menunjukkan perlambatan. Data dari Farside Investors menunjukkan bahwa pada 5 Februari, total arus masuk bersih hanya sebesar 22 juta Dollar AS, menandakan investor mulai lebih berhati-hati dalam menyikapi pergerakan pasar Bitcoin.

Kesimpulan: Bull Run Bitcoin Masih Berlanjut?

Meskipun tekanan pasar cukup besar, berbagai indikator teknikal menunjukkan bahwa tren bullish Bitcoin masih belum berakhir. Pola “cup and handle”, ekstensi Fibonacci, dan osilator M2 menjadi sinyal kuat bahwa kenaikan masih berpotensi berlanjut.

Namun, investor perlu tetap waspada terhadap dinamika regulasi, aksi likuidasi besar-besaran, dan volatilitas tinggi yang bisa mempengaruhi pergerakan harga dalam jangka pendek.

Seperti yang disampaikan Fyqieh Fachrur, “Investor perlu mengambil keputusan dengan bijak di tengah volatilitas ini. Meskipun bull run belum berakhir, memahami tren pasar dan mengelola risiko tetap menjadi kunci sukses dalam trading kripto.” (hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |