Gangguan Kesehatan Mental di Tempat Kerja, Dari Burnout hingga Diskriminasi

1 week ago 18

Semarang (pilar.id) – Bayangkan seorang karyawati bernama Sarah, seorang analis keuangan di sebuah perusahaan besar. Setiap pagi, Sarah berangkat ke kantor dengan harapan bisa menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu dan pulang dengan perasaan lega. Namun, sejak beberapa bulan terakhir, ia mulai merasa ada yang berubah.

Jadwal kerjanya semakin padat, deadline datang bertubi-tubi, dan ia sering harus membawa pekerjaan ke rumah. Bosnya, yang dikenal tegas dan jarang memberikan apresiasi, kerap mengirim pesan pada malam hari, menanyakan laporan yang bahkan belum waktunya selesai.

Di sisi lain, hubungan Sarah dengan rekan kerjanya juga tidak terlalu baik. Ada gosip di kantor tentang siapa yang paling berprestasi, dan Sarah merasa dirinya sering diabaikan meski sudah bekerja keras. Beberapa kali, ide-idenya dipotong saat rapat, membuatnya ragu apakah suaranya benar-benar dihargai.

Di tengah tekanan pekerjaan, Sarah mulai sulit tidur. Ia sering merasa cemas, bahkan sebelum memulai hari. Minggu malam menjadi saat yang paling menegangkan karena ia merasa takut menghadapi beban pekerjaan esok hari. Sarah, yang dulu selalu ceria, mulai menarik diri dari teman-temannya, dan hobinya kini terasa tidak lagi menyenangkan.

Sarah adalah gambaran nyata dari banyak karyawan di luar sana yang merasa terjebak dalam tekanan dan tantangan di tempat kerja. Kantor, yang seharusnya menjadi tempat berkembang dan berkarya, justru menjadi sumber stres yang merongrong kesehatan mental. Apa sebenarnya yang menyebabkan hal ini terjadi?

Tempat kerja memang bisa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan mental, baik secara positif maupun negatif. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kantor atau tempat kerja bisa menjadi sumber gangguan kesehatan mental.

1. Beban Kerja yang Berlebihan

Beban kerja yang terlalu berat atau tenggat waktu yang ketat sering kali membuat karyawan merasa stres. Jika hal ini terus terjadi, stres berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan emosional (burnout) dan gangguan mental lainnya seperti kecemasan atau depresi.

2. Konflik Antar Rekan Kerja

Lingkungan kerja yang dipenuhi konflik, seperti persaingan tidak sehat, gosip, atau kurangnya komunikasi, dapat menciptakan ketegangan emosional. Konflik yang tidak terselesaikan bisa memengaruhi rasa nyaman dan mengganggu konsentrasi.

3. Gaya Kepemimpinan yang Tidak Mendukung

Pemimpin yang otoriter, tidak memberikan dukungan emosional, atau tidak memahami kebutuhan bawahannya bisa menimbulkan tekanan psikologis. Karyawan yang merasa tidak dihargai atau diperlakukan dengan tidak adil cenderung kehilangan motivasi dan merasa cemas.

4. Kurangnya Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

Lingkungan kerja yang menuntut karyawan untuk terus bekerja di luar jam kantor atau sulit memberikan ruang untuk kehidupan pribadi dapat menyebabkan kelelahan. Ketidakseimbangan ini sering kali memicu stres dan mengganggu kesehatan mental.

5. Perundungan (Bullying) atau Diskriminasi

Perundungan di tempat kerja, baik secara verbal maupun nonverbal, dapat merusak rasa percaya diri dan menyebabkan trauma psikologis. Begitu juga dengan diskriminasi berdasarkan gender, ras, atau agama, yang membuat seseorang merasa tidak diterima atau terisolasi.

6. Kurangnya Dukungan Psikologis

Beberapa tempat kerja tidak memiliki fasilitas atau program yang mendukung kesehatan mental karyawan, seperti konseling atau pelatihan manajemen stres. Akibatnya, karyawan yang sedang mengalami masalah pribadi atau tekanan kerja tidak memiliki akses ke bantuan yang dibutuhkan.

7. Ketidakpastian Karier

Ketidakpastian, seperti ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) atau kurangnya kejelasan tentang jenjang karier, dapat menimbulkan rasa cemas yang terus-menerus. Karyawan mungkin merasa tidak aman secara finansial atau tidak dihargai.

8. Lingkungan Fisik yang Tidak Kondusif

Lingkungan kerja yang tidak nyaman, seperti ruangan yang terlalu bising, tidak ergonomis, atau terlalu penuh, dapat memengaruhi kenyamanan mental karyawan. Suasana fisik yang tidak mendukung dapat meningkatkan tingkat stres.

Dampaknya? Jika gangguan kesehatan mental akibat tempat kerja dibiarkan, hal ini dapat mengakibatkan penurunan produktivitas, absensi yang tinggi, burnout, dan dalam kasus ekstrem, depresi berat atau keinginan untuk resign. Bahkan bisa memengaruhi hubungan pribadi karyawan di luar tempat kerja.

Solusi? Bagi karyawan, ada baiknya untuk belajar mengenali tanda-tanda awal stres atau gangguan mental, berkomunikasi dengan atasan, mencari bantuan profesional, dan mencoba teknik manajemen stres seperti mindfulness atau olahraga.

Sementara bagi perusahaan, mulailah menerapakan manajemen berbasis penghormatan pada kesehatan mental. Mulai berpikir untuk menyediakan divisi SDM yang memiliki akses konseling, menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, dan mempromosikan keseimbangan kerja-kehidupan. (ret/hdl/dari berbagai sumber)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |