Jakarta (pilar.id) – Paramadina Graduate School of Diplomacy bersama Institut Al-Aqsa for Peace Research mengadakan kuliah umum bertajuk peran Turki dalam diplomasi kemanusiaan global.
Dalam upaya memperkuat hubungan antarnegara dan memperdalam pemahaman diplomasi untuk perdamaian global, Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD) berkolaborasi dengan Institut Al-Aqsa for Peace Research mengadakan kuliah umum bertajuk Diplomacy Amid Turmoil: Insights from Turkey’s Humanitarian Path for Global Peace.
Acara yang berlangsung secara hybrid ini diselenggarakan di Universitas Paramadina, Kuningan, Trinity Tower, Jakarta.
Direktur PGSD, Ahmad Khoirul Umam, menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan Prof. Dr. Mehmet Akif Kireçci, Dekan Fakultas Ilmu Politik dari Social Science University of Ankara, Turki.
Ia menekankan pentingnya memahami peran strategis Turki sebagai negara dengan pengaruh besar dalam menciptakan stabilitas global.
“Saya yakin diskusi ini akan memberikan wawasan mendalam, terutama terkait kontribusi Turki dalam mempromosikan perdamaian dunia Islam,” ujar Ahmad.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi ini menjadi langkah penting dalam mempererat hubungan antarbangsa melalui pendidikan dan pengetahuan.
Peran Turki sebagai Penghubung Global
Prof. Mehmet Akif Kireçci membuka pemaparannya dengan membahas dinamika geopolitik pasca Perang Dunia II. Ia menjelaskan bahwa meskipun dunia memasuki era baru setelah runtuhnya Uni Soviet, tantangan global tetap ada, terutama akibat persaingan ekonomi antara negara Barat dan Timur.
“Kita hidup dalam dunia yang penuh gejolak, di mana norma-norma stabilitas global belum sepenuhnya terbentuk,” ujar Prof. Mehmet.
Ia menyoroti peran strategis Turki sebagai penghubung antara Eropa dan Asia, yang memungkinkannya memainkan peran penting dalam diplomasi kemanusiaan.
Menurutnya, Turki terus mempromosikan perdamaian di kawasan Islam dengan menjembatani kesenjangan antarnegara dan membangun kerja sama lintas kawasan.
“Melalui pendekatan berbasis kemanusiaan, Turki menciptakan lingkungan yang kondusif bagi stabilitas global,” tambahnya.
Tantangan Ekonomi dan Diplomasi Global
Prof. Mehmet juga membahas kebangkitan ekonomi kawasan Timur, seperti Tiongkok dan Jepang, yang mengubah keseimbangan kekuatan global.
Ia mencatat bahwa kebutuhan energi yang besar dari negara-negara tersebut menambah tekanan pada sumber daya dunia yang terbatas, menciptakan persaingan baru yang berpotensi memicu konflik.
“Ketegangan ini menuntut adanya kesepakatan global baru yang mampu mengakomodasi berbagai kepentingan,” jelasnya.
Prof. Mehmet menegaskan bahwa absennya kesepakatan pasca Perang Dingin menciptakan ketidakpastian besar dalam dinamika geopolitik modern, yang dapat mengancam stabilitas dunia.
Dengan acara ini, diharapkan peserta mendapatkan wawasan lebih mendalam mengenai pendekatan diplomasi kemanusiaan Turki dan pentingnya kerja sama lintas kawasan dalam menciptakan perdamaian dunia. (mad/hdl)