Narcissistic Personality Disorder, Ketika Narsisme Makin Sulit Ditoleransi

1 week ago 22

Yogyakarta (pilar.id) – Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah narsis yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang terlalu percaya diri atau gemar memamerkan diri di media sosial.

Namun, narsisme yang berlebihan hingga mengganggu kehidupan pribadi dan sosial bisa menjadi tanda Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik.

NPD adalah gangguan mental di mana seseorang memiliki perasaan superioritas yang berlebihan, sangat membutuhkan pujian, kurang memiliki empati, dan sering kali memanfaatkan orang lain untuk kepentingannya sendiri.

Penderita NPD bisa terlihat percaya diri, tetapi sebenarnya mereka memiliki harga diri yang rapuh dan sangat sensitif terhadap kritik.

Tanda-Tanda dan Gejala NPD

Menurut American Psychiatric Association (APA) dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), seseorang dapat didiagnosis NPD jika menunjukkan lima atau lebih dari gejala berikut:

  • Merasa diri sangat penting dan berhak mendapatkan perlakuan khusus.
  • Membutuhkan kekaguman berlebihan dari orang lain.
  • Kurang empati, sulit memahami atau peduli terhadap perasaan orang lain.
  • Memiliki fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kecantikan, atau kecerdasan yang luar biasa.
  • Meyakini dirinya unik dan hanya bisa dipahami oleh orang-orang spesial atau berstatus tinggi.
  • Cenderung memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi.
  • Sering merasa iri terhadap orang lain atau berpikir bahwa orang lain iri terhadapnya.
  • Bersikap arogan atau sombong.
  • Sangat sensitif terhadap kritik, meskipun mereka jarang mengakuinya secara langsung.

NPD Menghancurkan Hubungan Sosial

Kasus 1: Hubungan Toxic dalam Percintaan

Dina (28) merasa hidupnya sempurna ketika ia bertemu dengan Raka (32), seorang pengusaha sukses yang tampak karismatik dan percaya diri. Namun, seiring waktu, Raka mulai menunjukkan sikap manipulatif dan mengontrol.

“Awalnya dia sangat romantis dan perhatian. Tapi kemudian dia mulai merendahkan saya, membuat saya merasa tidak cukup baik. Saat saya ingin meninggalkannya, dia menangis dan meminta maaf, hanya untuk mengulangi siklus yang sama,” kata Dina.

Penderita NPD seperti Raka sering menggunakan teknik manipulasi emosional seperti gaslighting, di mana mereka membuat pasangan merasa bersalah atau ragu terhadap persepsi mereka sendiri.

Kasus 2: Atasan yang Selalu Haus Pengakuan

Adrian (40) adalah seorang manajer di sebuah perusahaan multinasional. Ia dikenal perfeksionis, ambisius, dan sangat percaya diri. Namun, di balik kesuksesannya, Adrian memiliki kebiasaan buruk: tidak pernah mau disalahkan.

Saat timnya gagal mencapai target, ia langsung menyalahkan bawahan, meskipun kesalahan sebenarnya berasal dari keputusan strategisnya sendiri. Ia juga suka mengambil kredit atas keberhasilan orang lain dan sulit menerima kritik dari atasannya.

Rekan-rekan kerja Adrian merasa frustasi karena ia selalu mengutamakan kepentingannya sendiri tanpa peduli pada timnya. Akibatnya, banyak karyawan yang akhirnya resign karena tidak tahan bekerja di bawah kepemimpinannya.

Dampak NPD dalam Kehidupan Sehari-hari

Gangguan NPD tidak hanya menyulitkan orang-orang di sekitar penderitanya, tetapi juga merugikan diri mereka sendiri. Beberapa dampak negatif NPD antara lain.

  • Hubungan pribadi yang bermasalah, termasuk perceraian, konflik keluarga, dan pertemanan yang hancur.
  • Kesulitan dalam dunia kerja, karena mereka sering kali tidak bisa bekerja dalam tim atau sulit menerima arahan dari atasan.
  • Masalah mental lain, seperti kecemasan, depresi, atau penyalahgunaan obat dan alkohol sebagai bentuk pelarian dari ketidakpuasan batin mereka.

Apa Penyebab NPD?

Belum ada penyebab pasti dari NPD, tetapi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan gangguan ini meliputi:

  • Pola asuh yang bermasalah, seperti terlalu dimanjakan atau justru diabaikan oleh orang tua.
  • Pengalaman masa kecil yang traumatis, seperti kekerasan atau pelecehan emosional.
  • Faktor genetik dan neurologis, di mana ketidakseimbangan kimia otak bisa mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.

Bisakah NPD Diatasi?

Meskipun sulit diobati karena penderita NPD jarang mengakui bahwa mereka memiliki masalah, ada beberapa cara yang dapat membantu mereka mengelola kondisi ini:

  • Terapi psikologis (psikoterapi): Terapi perilaku kognitif (CBT) sering digunakan untuk membantu penderita memahami pola pikir mereka dan mengembangkan empati.
  • Obat-obatan: Meskipun tidak ada obat khusus untuk NPD, obat antidepresan atau stabilisator suasana hati bisa digunakan jika penderita juga mengalami kecemasan atau depresi.
  • Dukungan sosial: Keluarga dan teman terdekat dapat membantu penderita menyadari dampak perilaku mereka dan mendorong mereka untuk mencari bantuan profesional.

Narcissistic Personality Disorder (NPD) bukan sekadar sifat egois atau percaya diri yang berlebihan, tetapi sebuah gangguan mental yang bisa berdampak besar pada kehidupan sosial dan emosional seseorang.

Jika Anda mengenali tanda-tanda NPD pada seseorang di sekitar Anda, penting untuk menjaga batasan diri dan tidak terjebak dalam manipulasi mereka. Jika Anda sendiri merasa memiliki kecenderungan ini, mencari bantuan profesional bisa menjadi langkah penting menuju kehidupan yang lebih sehat dan harmonis. (ret/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |