Jakarta (pilar.id) – Dragonheart: Battle for the Heartfire (2017) adalah film fantasi petualangan yang merupakan bagian dari waralaba Dragonheart. Film ini adalah sekuel dari Dragonheart 3: The Sorcerer’s Curse (2015) dan prekuel dari Dragonheart: Vengeance (2020).
Battle for the Heartfire disutradarai Patrik Syversen, bekerja sama dengan penulis skenario Matthew Feitshans. Film yang diproduksi Universal 1440 Entertainment dan didistribusikan Universal Pictures Home Entertainment ini hadir dalam film fantasi, petualangan, dan aksi dalam durasi 98 menit.
Pemeran utama Dragonheart: Battle for the Heartfire (2017) antara lain Tom Rhys Harries sebagai Edric, Jessamine-Bliss Bell sebagai Meghan, Patrick Stewart sebagai suara Draco, dan André Eriksen sebagai Thorn.
Film ini berkisah tentang Draco, seekor naga tua yang berbagi ikatan magis (bond) dengan raja yang baru saja meninggal. Namun, setelah kematian sang raja, kekuatan Heartfire—sumber energi naga—dicuri.
Pewaris takhta kerajaan, sepasang saudara kembar yang saling bermusuhan, Edric dan Meghan, mulai berkonflik karena mereka memiliki kekuatan unik yang diwarisi dari Draco.
Edric memiliki kekuatan fisik luar biasa, sementara Meghan dapat mengendalikan api. Persaingan mereka untuk mendapatkan kekuasaan memicu ancaman besar bagi kerajaan.
Draco, yang disuarakan oleh Patrick Stewart, harus berusaha menyatukan keduanya untuk menyelamatkan kerajaan dan merebut kembali Heartfire sebelum jatuh ke tangan yang salah.
Fakta Menarik Dragonheart: Battle for the Heartfire
Film ini adalah salah satu dari beberapa prekuel yang menggali lebih dalam mitologi naga dalam waralaba Dragonheart. Patrick Stewart, aktor legendaris dari Star Trek dan X-Men, mengisi suara Draco, menggantikan Ben Kingsley yang sebelumnya mengisi suara naga di film sebelumnya.
Ini adalah film keempat dalam waralaba Dragonheart, yang dimulai dengan film pertama pada tahun 1996 yang dibintangi oleh Dennis Quaid dan menampilkan suara Sean Connery sebagai naga Draco pertama.
Jika Anda menikmati film fantasi bertema kerajaan, naga, dan petualangan klasik, Dragonheart: Battle for the Heartfire bisa menjadi pilihan yang menghibur. Meskipun efek visualnya tidak sekelas film blockbuster, cerita tentang persaudaraan, kekuasaan, dan pengorbanan memberikan nilai lebih bagi penggemar genre fantasi.
Patrick Stewart vs Sean Connery
Patrick Stewart memberikan sentuhan berbeda pada karakter Draco dibandingkan Sean Connery di film Dragonheart (1996). Sean Connery, memiliki aksen Skotlandia khas yang karismatik dan penuh kebijaksanaan. Draco versi Connery terdengar hangat, bijak, tetapi juga penuh humor.
Karakter Draco di film pertama digambarkan sebagai naga terakhir yang memiliki prinsip dan rela berkorban untuk manusia.
Sementara Patrick Stewart (Dragonheart: Battle for the Heartfire, 2017) memiliki suara lebih dalam dan otoritatif, memberikan kesan raja atau pemimpin yang berwibawa.
Berbeda dengan Draco versi Connery yang lebih humoris, Draco versi Stewart terasa lebih serius dan bijaksana, mencerminkan usianya yang lebih tua dan beban yang ia tanggung.
Stewart membawa elemen kepemimpinan yang lebih kuat, sesuai dengan cerita di mana Draco harus berusaha menyatukan dua saudara yang bertikai.
Kesamaan keduanya, Connery maupun Stewart, adalah aktor legendaris dengan suara khas yang memberikan jiwa pada karakter Draco. Keduanya berhasil menciptakan kesan naga yang penuh kebijaksanaan, tetapi tetap memiliki hati yang baik.
Draco di semua film tetap memiliki peran sebagai pelindung dan mentor, meskipun kepribadiannya sedikit berubah sesuai dengan situasi di setiap film.
Penampilan Jessamine-Bliss Bell
Jessamine-Bliss Bell tampil sangat mengesankan di Dragonheart: Battle for the Heartfire (2017). Sebagai Meghan, dia berhasil menghadirkan karakter yang kuat, penuh emosi, dan kompleks dalam film ini.
Penampilannya menonjol saat memerankan Meghan yang kuat dan penuh konflik. Meghan bukan sekadar putri biasa, tetapi seorang pewaris takhta yang memiliki kekuatan mengendalakan api berkat ikatan dengan Draco.
Dia adalah karakter yang tangguh, mandiri, dan punya tekad besar, berbeda dari banyak tokoh perempuan dalam film fantasi.
Hubungan Meghan dengan saudara kembarnya, Edric (Tom Rhys Harries), penuh konflik dan menjadi pusat drama dalam cerita.
Bell sukses menunjukkan sisi ambisius dan keras kepala Meghan, tetapi juga memberikan kedalaman emosional saat Meghan berjuang dengan luka masa lalunya dan perannya dalam kerajaan.
Chemistry-nya dengan Tom Rhys Harries (Edric) terasa alami dan membuat dinamika persaingan saudara dalam film menjadi lebih menarik.
Adegan Meghan menggunakan kekuatan apinya sangat keren! Efek visualnya memang sederhana, tetapi Bell membuatnya terasa meyakinkan dan dramatis.
Meghan bukan hanya mengandalkan kekuatannya, tetapi juga cakap dalam bertarung dan strategi, menunjukkan bahwa dia adalah sosok pemimpin yang potensial.
Meskipun Dragonheart: Battle for the Heartfire bukan film blockbuster besar, peran Meghan menunjukkan bakat besar Bell dalam dunia akting. Sayangnya, setelah film ini, namanya tidak terlalu banyak muncul di proyek-proyek besar, tetapi perannya di Dragonheart tetap menjadi salah satu yang paling diingat penggemar waralaba ini. (ret/hdl)