Tak Menyerah Dihadang Kondisi Ekonomi Keluarga, Annisa Lulus FK UNDIP dengan IPK 3.96

1 month ago 32

Semarang (pilar.id) – Annisa Himmatul A, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP), sukses menyelesaikan studinya dengan IPK nyaris sempurna, 3.96. Lulus dalam wisuda ke-177 yang digelar di Muladi Dome pada 5 Februari 2025, perjalanan Annisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Berasal dari keluarga sederhana, ia membuktikan bahwa kerja keras dan dukungan lingkungan akademik dapat mengantarkan seseorang meraih impian.

Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Annisa tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan meskipun memiliki keterbatasan ekonomi. Ayahnya bekerja sebagai buruh di toko mebel, sementara ibunya seorang penjahit.

Cita-citanya menjadi dokter sempat hampir pupus karena keterbatasan finansial. Namun, saat duduk di bangku kelas 10, ia kembali termotivasi setelah melihat kakak kelasnya mendapatkan beasiswa kedokteran. Dari situ, ia semakin yakin bahwa mimpinya bisa diwujudkan.

Setelah diterima di FK UNDIP, Annisa mendapatkan beasiswa Bidikmisi—sekarang dikenal sebagai Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Beasiswa ini tidak hanya membebaskannya dari biaya kuliah, tetapi juga memberikan bantuan biaya hidup. Meski demikian, ia tetap harus berhemat, bahkan sering berjalan kaki dari Rusunawa UNDIP ke kampus sebelum perkuliahan beralih ke sistem daring akibat pandemi COVID-19.

Lingkungan Akademik yang Mendukung

Selama berkuliah di UNDIP, Annisa merasakan dukungan besar dari lingkungan akademiknya. Ia merasa diterima tanpa adanya perbedaan latar belakang ekonomi. Para dosen dan teman-temannya selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam berbagai aspek.

“Alhamdulillah, saya bersyukur memiliki teman-teman yang mendukung saya secara emosional dan akademik. Dosen-dosen juga sangat suportif, mengajar dengan sepenuh hati, dan memotivasi kami untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya,” ujar Annisa.

Ia juga menyoroti pentingnya berbagai elemen dalam proses belajarnya, termasuk peran besar cadaver (jenazah yang diawetkan untuk studi kedokteran) dan pasien-pasien yang membantunya memahami ilmu medis secara langsung.

“Tanpa mereka, saya dan teman-teman tidak akan bisa menjadi dokter. Saya sangat berterima kasih,” tambahnya.

Strategi Belajar dan Rencana Masa Depan

Saat ditanya mengenai kunci suksesnya, Annisa menekankan pentingnya mengenali kemampuan diri dan menerapkan strategi belajar yang efektif.

“Harus tahu kemampuan diri sendiri, belajar lebih ekstra sesuai materi, dan tentunya banyak berdoa,” ungkapnya.

Sebagai mahasiswa yang aktif dalam kegiatan akademik maupun non-akademik sejak SMA, Annisa kini tengah menunggu penempatan internship dari Kementerian Kesehatan—tahap penting sebelum dokter bisa berpraktik secara profesional.

“Setelah internship, saya berencana bekerja sembari mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi ke jenjang S2,” tutupnya. (usm/hdl)

Read Entire Article
Bansos | Investasi | Papua | Pillar |